1. Intonasi
Perbedaan intonasi seperti tinggi rendahnya atau naik turunnya kata akan mengubah arti. Adapun intonasi kata-kata pada bahasa Jepang cukup mirip dengan bahasa Indonesia yang membuatnya mudah untuk dipelajari. Sebagai contoh kata suki yang artinya suka memiliki pengucapan su-ki yang sama seperti pengucapan kata suki dalam bahasa Indonesia.2. Lafal Vokal
Seperti bahasa Indonesia, bahasa Jepang juga memiliki 5 huruf vokal seperti a, i, u, e, dan o. Pelafalan huruf vokal bahasa Jepang mirip seperti bahasa Melayu. Untuk lebih jelasnya pelafalan huruf vokal a seperti bunyi a dalam kata bapa, i dalam kata ibu, u dalam urut, e dalam kata esok, dan o dalam kata obor.3. Huruf
Tulisan bahasa Jepang berasal dari bahasa Cina, khususnya kanji. Dalam bahasa Jepang dikenal ada 3 karakter huruf atau simbol. Ketiga huruf yang dimaksud diantaranya Katakana, Hiragana, dan Kanji.Katakana dan Hiragana keduanya berunsur dari tulisan kanji. Katakana dan Hiragana selanjutnya sering disebut kana yang terpengaruhi fonetik bahasa Sansekerta.
Huruf Katakana biasanya digunakan untuk kata serapan seperti kata yang diserap dari bahasa asing. Huruf Hiragana digunakan untuk kata-kata dari bahasa Jepang yang tidak ditulis dalam kanji. Katakana dan Hiragana sebenarnya tidak memiliki arti apapun. Jadi seperti abjad dalam bahasa Indonesia yang hanya digunakan sebagai lambang suatu bunyi tertentu.
Adapun huruf kanji merupakan simbol yang mewakili arti tertentu. Kanji digunakan untuk menyatakan arti dasar kata baik kata benda, kata kerja, kata sifat, maupun kata sandang. Menurut peraturan tata bahasa Jepang, sesudah Kanji bisa ditulis Hiragana untuk mengubah arti dasar dari suatu kata.
Dari jumlah karakter kana memiliki set huruf cukup sedikit dibanding Kanji. Katakana dan Hiragana memiliki jumlah karakter yang sama yakni 48 huruf. Sedangkan kanji memiliki karakter yang jumlahnya ribuan. Kanji bisa dibaca dalam 2 bacaan, yaitu Oyomi dan Kunyomi. Oyomi merupakan cara baca yang diadaptasi dari cara baca China. Sedangkan Kunyomi merupakan cara baca asli dari Jepang. Satu huruf kanji bisa mempunyai beberapa Onyomi dan Kunyomi sehingga harus tekun dipelajari untuk menguasainya.
4. Tata Bahasa
Susunan kalimat dalam bahasa Jepang tidak seperti dalam bahasa Indonesia. Bila dalam bahasa Indonesia dikenal susunan SPO (Subyek, Predikat, dan Objek), maka dalam bahasa Jepang pola kalimat yang digunakan adalah SOP. Dimana predikat diletakkan di akhir kalimat. Contohnya watashi wa gohan wo tabemasu yang artinya saya makan nasi. Kata watashi berarti saya, gohan berarti nasi, dan tabemasu berarti makan. Bila diartikan dari urutan katanya berarti “saya nasi makan”.Bagi pemula yang baru mulai belajar bahasa Jepang mungkin akan mendapati kebingungan. Akan tetapi, bila belajar dan berlatih dengan rutin bahasa Jepang bisa dikuasai dengan mudah.
5. Tanda Baca
Tidak ada spasi sebagai pemisah antara kata atau kalimat dalam bahasa Jepang. Tanda tanya dan tanda seru pun bukan termasuk tanda baca baku, tetapi masih sering dijumpai dalam penggunaan di akhir kalimat.Tanda baca yang dikenal dalam bahasa Jepang ada kuten dan toten. Kuten berfungsi untuk mengakhiri suatu kalimat sama seperti tanda baca titik. Sedangkan toten berfungsi memisahkan bagian-bagian penting dalam kalimat supaya lebih mudah dibaca seperti halnya tanda koma.